Senin, 02 Desember 2013

OBSERVASI  PAUD “PLAY GRUP PKK SAROJA”
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengantar Pendidikan
yang dibina oleh Dra. Hj. Umi Dayati, M.Pd

Oleh:
Adin Ariyanti Dewi                           120141400986
Auliya Aziza                                      120141411477
Eka Yulina Rachmawati                  120141411478
Hawwin Fahmi Ramadhan             120141411488




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
Maret 2013






LAPORAN OBSERVASI PAUD
Dewasa ini PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) berkembang  pesat. Seiring dengan perkembangan tersebut banyak mendirikan Pos PAUD yang menerima peserta didik usia 0-6 tahun maupun Play Grup yang menerima peserta didik pada usia 3-4 tahun saja. Pendirian lembaga ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan anak usia dini dan menindaklanjuti adanya ilmu dan toeri tentang pengetahuan, bahwa kemampuan anak dalam hal menyerap ilmu pada usia dini sangatlah maksimal dan bagus. Masa ini disebut sebagai Golden Age. Paud sendiri masuk dalam kajian Pendidikan Non Formal. Di Indonesia Lembaga PAUD sudah berkembang sangat baik mulai dari kota hingga desa. Namun masih ada beberapa masalah yang timbul yang menjadi hambatan lembaga untuk berkembang.
Seperti yang dialami oleh lembaga PAUD: Play Grup PKK Saroja yang berlokasi di Jln. Kertapati, desa Kedung sumur, Kec. Kerembung Sidoarjo. Play Grup yang berdiri pada tahun 2008 setelah  satu tahun sebelumnya mengajukan surat izin pendidrian lembaga.  Play Grup ini didirikan karena adanya pengetahuan guru tentang adanya Golden Age. Selain itu adanya dorongan bahwa di desa tersebut melihat banyak anak usia dini yang hanya bermain tanpa bimbingan, yang tak jarang permainan tak terarah membuat anak-anak ini salah dalam bersikap maupun cara berfikir mereka. Hal tersebut mendorong Guru di Tk Darma Wanita Persatuan Kedung dan kepala desa mendidrikan Play Grup ini.
Dalam pelaksanaan tersebut masih banyak hambatan-hambatan yang di alami oleh Play Grup ini, seperti sarana prasarana yang belum memadai walaupun pemerintah telah memberi bantuan, setelah pihak Play Grup mengajukan proposal ke dinas Paudni, ada juga masalah pada pengajaranya seperti menghadapi peserta didik yang hiperaktif namun hal tersebut dapat diatasi oleh guru dengan kekreatifan menciptakan suasana belajar yang enjoy dan tertarik pada proses pembelajaran. Agar tidak terjadi kejenuhan, pengajar membuat sistem pembelajaran dengan jadwal  pertemuan tiga kali seminggu yaitu senin, kamis dan sabtu dengan Rancangan Pembelajaran Mingguan (RPM). RPM sendiri adalah sebuah rancangan pembelajaran yang dibuat untuk laporan pembelajaran guru namun disini juga dibuat untuk membuat model pembelajaran yang berbeda tiap pertemuan agar  tidak terjadi kejenuhan.
Ada juga masalah seperti masih kurang sadarnya masayrakat tentang pentingnya pembelajaran pada usia dini pada Play Grup dan akibatnaya kuota/ target jumlah peserta didik dalam kelas, yang berjumlah 25 siswa belum terpenuhi. Tidak hanya karena kesadaran dari orang tua tentang pentingnya pembelajaran pada anak usia didni, tapi juga terdapat kendala biaya dan waktu unuk mengantar peserta didik yang dialami oleh beberapa orangtua muda masa kini. Orang tua muda yang disibukan oleh kegiatan kerja atau mencari nafkah, sehingga mereka tidak memasukan anak mereka dengan alasan bahwa tidak ada yang mengantar dan menjemput ketika peserta didik masuk play grup.
Upaya untuk mengatasi masalah ini guru mengadakan sosialisasi kepada masayrakat melaui wali murid dari TK dan Play Grup selain itu kepala desa dan perangkat desa memberiakan sosialaisasi melalui POSIANDU. Hingga adanya pemberian (insentif) berupa discaount atau potongan harga  daftar kepada calon siswa atau peserta didik di Play Grup ini yang dapat mengajak peserta didik lain, teman,  ataupun saudara untuk masuk ke Play Grup. Namun solusi pemberian insentif dan sosialisasi slema ini belumlah mencapai hasil yang ditargetkan masih belum terpenuhinya kuaota/ target jumlah siswa untuk Play Grup tersebut.
Upaya-upaya dalam menghadapi problem dalam pengajaran sudah sangat bagus namun untuk meyakinkan masayrakat bahwa pendidkan Play Grup sangatlah penting. Sebab dalam Play Grup anak bukan diajarkan langsung untuk belajar seperti anak TK maupun SD, sebab pada Play Grup anak akan diajarkan belajar melaui tugas pada usianya tersebut yaitu bermain. Jadi agar solusi yang dilaksanakan oleh pihak Play Grup dapat maksimal maka sosialisai harus dilaksanakan lebih continue atau berkelanjutan. Sosialisai Golden Age harus dilaksanakan secara  luas, dengan cara mengadakan penyuluhaan atau sosialisai dengan menghadirkan pakar atau pemateri ahli dalam Golden Age. Sosialisai ini di rancang berkelajutan seperti pada sosialisai yang dilaksanakan didalam POSYANDU yang berkelanjutan.
Nantinya dalam program sosialisai ini kita buat sebuah rangkaian inti acara yang pertama materi  Golden Age, tugas perkembangan peserta didik( dimana pada materi ini pemateri menjelaskan tentang tugas anak pada usia Play Grup dimana pada usia mereka didalam Play Grup akan diajarkan pembelajaran dengan bermain bukan 100% belajar membaca dan menulis), dan materi tentang potensi serta kelebihan anak yang mengikuti Pembelajaran Play Grup. Kemudian akan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan pemateri agar orang tua calon peserta didik dapat mengerti apa saja dan betapa pentingnya Pendidikan pada usia dini. Dan dilanjutkan dengan penayangan video tetang play Grup atau anak-anak  yang berhasil atau bekemampuan lebih ketika di mengikuti Play Grup sebelum dia masuk ke TK.
Setelah acara sosialisai telah dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pihak Paly Grup membuat acara sosialisai di lanjutkan dengan acar lomba seperti fasition show anak, mengambar,mewarnai, menyayi dan menari serta lomba lainya. Pada acara sasarannya khusus untuk anak usia dibawah 6 tahun dengan kisaran bahwa pada usia rentang dibawah 6 tahun sang anak sudah dan belum mengikuti Play Grup. Atau dikatagorikan 3-4 tahun yang nanti pemenangnya juara satu, dua, dan tiga mendapatkan hadiah dapat masuk sekolah tanpa biaya pendaftaran, dan usia 5-6 dapat masuk ke TK tanpa biaya pendaftaran.

Untuk mengatasi masalah ibu muda yang mengalami kesulitan atau hambatan saat memasukan anaknya ke play grup dengan alasan tidak ada yang mengantar dan menjemput  pihak sekolah dapat membuka atau membuat  penjagaan anak yang belum di jemput orang tuanya semacam penitipan. Atau pun membuat jasa antar jemput.

Jumat, 29 November 2013

Konsep Dasar Difusi Inovasi dalam Kajian Komunikasi

Konsep Dasar Difusi Inovasi dalam Kajian Komunikasi
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Difusi Inofasi
yang dibina oleh Dra. Endang Sriredjeki M, Si
Oleh:
Kelompok 2 PLS OFF A 2012
Auliya Aziza                                       120141411477
Eka Yulina Rachmawati                      120141411478
Lenny Herdina                                   120141400971
Putri Mentari                                      120141411479
Ramadhani                                         120141411481
Rima Kusuma  Wardayani                  120141411500
Septya Nova Triwijayanti                   120141411474



UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
November 2013






Konsep Dasar Difusi Inovasi dalam Kajian Komunikasi

A.    Difusi
Difusi adalah proses dimana inovasi tersebar melalui saluran komunikasi  ke dalam suatu sistem sosial. Hal ini sesui dengan pendapat Hanafi (dalam Rogers: 35) berpendapat proses difusi merupakan proses pengkomunikasian inovasi melalui saluran-saluran dalam waktu tertentu bagi para anggota sistem sosial. Pada proses menyebaran pesan-pesan dari gagasan baru, diperlukan kerjasama antara pemberi pembaharuan dengan peranan pemimpin atau tokoh masyarakat dan masyarakat yang menerima perubahan tersebut.
B.     Inovasi
Inovasi menurut Ragers (dalam reniekurniati.blogspot.com/2010) adalah “an idea, practice, or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu).  Jadi inovasi adalah suatu gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang atau satuan pengguna lain. Sealama itu berkenan dengan perilaku manusia, tidak terlalu dipersoalkan apakah suatu ide itu “secara objektif” baru (seandainya ukuran dengan selang waktu sejak pertama kali digunakan atau ditemukan) atau tidak. Pandangan seseorang tentang kebaruan suatu ide menentukan reaksinya terhadap ide tersebut. apabila ide itu dipandang baru oleh seseorang maka itu adalah inovasi. Proses inovasi adalah proses dijalani seseorang atau seorang/ unit adopsi lain mulai dari pertama kali mengenal inovasi kemudian menyikapi, mengambil keputusan untuk memakai (mengadopsi atau menolaknya dan melakukan penggunaan ide baru). Dari proses inovasi yang terjadi dapat mengakibatkan suatu perubahan sistem sosial yang ada di masyrakat, hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Rogers (dalam Hanafi: 1983) bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat sehingga merubah pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat.


C.    Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi (ilmu pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat) oleh anggota sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada masyarakat.
Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh partisipan komunikasi dan saluran komunikasi. Saluran komunikasi dapat dikatakan memegang peranan penting dalam proses penyebaran inovasi, karena melalui itulah inovasi dapat tersebar kepada anggota sistem sosial. Pada tahun 1968 dengan jumlah publikasi difusi komunikasi sebanyak 87 buah (8% dari keselurahan) telah menduduki peringkat kedua (setelah tradisi sosiologi pedesaan) dalam tradisi penelitian difusi penelitian ilmu komunikasi. Penelitian difusi telah mulai ada sebelum bidang akademik penelitian komunikasi lahir. Penelitian komunikasi  mulai tumbuh, terutama disekitar kajian tentang tentang effek komunikasi massa hal ini di ungkapkan oleh Rogers(1983:65). Salah satu keuntungan khusus tradisi penelitian komunikasi adalah bahwa dapat menganalisis segala jenis difusi inovasi.
Menurut Rogers (1983) dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara anggota-anggota suatu sistem sosial.
1.                 Inovasi (gagasan, tindakan atau barang) yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya.
2.                 Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
3.                 Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang (relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi), dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4.                 Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
D.    Saluran komunikasi
Komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama atau yang biasa disebut mutual understanding antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu (dalam reniekurniati.blogspot.com/2010). Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya bahwa proses divusi inovasi dipengaruhi oleh saluran komunikasi.Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu juga memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain.
Ada dua jenis kategori saluran komunikasi yang digunakan dalam proses difusi inovasi, yakni saluran media massa dan saluran antarpribadi atau saluran lokal dan kosmopolit. Saluran lokal adalah saluran yang berasal dari sistem sosial yang sedang diselidiki. Saluran kosmopolit adalah saluran komunikasi yang berada di luar sistem sosial yang sedang diselidiki. Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi dalam proses difusi inovasi ini melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu yang biasanya memiliki kekerabatan dekat.
Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
a.       Saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi. Hal ini disebabkan saluran komunikasi massa dapat membentuk awareness secara serempak dalam waktu yang dikatakan cukup singkat dibandingkan dengen efek komunikasi antarpribadi.
b.      Saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.
c.       Saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter). Sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, golongan adopter awal menyukai ide-ide baru tanpa perlu persuasi yang berlebihan sehingga media massa saja sudah cukup membuat mereka mau mengadopsi sebuah inovasi berbeda dengan orang-orang dari golongan adopter akhir, karakteristik mereka yang kurang menyukai risiko menyebabkan komunikasi antarpribadi yang paling bekerja dengan baik. Mereka cenderung melihat atau berkaca pada orang-orang disekitar mereka yang sudah menggunakan inovasi tersebut dan apabila berhasil mereka baru mau mengikutinya.
d.      Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran lokal bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir
Metode komunikasi massa seperti penggunaan iklan memang dapat menyebarkan informasi tentang inovasi baru dengan cepat tetapi hal tersebut tidak lantas dapat begitu saja membuat inovasi baru tersebut diadopsi oleh khalayak. Hal itu dikarenakan diadopsi tidaknya inovasi baru  terkait dengan masalah resiko dan ketidakpastian. Disinilah letak pentingnya komunikasi antarpribadi. Orang akan lebih percaya kepada orang yang sudah dikenalnya dan dipercayai lebih awal atau orang yang mungkin sudah berhasil mengadopsi inovasi baru itu sendiri, dan juga orang yang memiliki kredibilitas untuk memberi saran mengenai inovasi tersebut. Hal tersebut digambarkan oleh ilustrasi kurva dibawah ini yang menggambarkan bahwa komunikasi interpersonal menjadi begitu sangat berpengaruh dari waktu ke waktu dibandingkan dengan komunikasi massa.( online dalam reniekurniati.blogspot.com/2010)







Daftar Rujukan
Hanafi, Abdillah, Floyd.1981. Memasyarakatkan “ IDE- IDE BARU”. Surabaya. Usaha Nasional.
Rogers, Everett. M, penerjemah Abdillah Hanafi. 1983. Difusi Inovasi “ Penyebaran ide-ide baru ke masayrakat” Pusataka Ribadi.
Renie’s. 2010. Difusi Inofasi.  (Online  dhttp://reniekurniati.blogspot.com/2010/11/difusi-inovasi.html. diakses pada 12 September 2013)


BPPAUDNI Surabaya Raih Prestasi di Unjuk Kinerja

Kontingen Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal ( BP-PAUDNI) Regional II meraih sejumlah prestasi dalam unjuk kinerja di bidang olahraga, seni, dan manajemen yang digelar 9-11 Oktober lalu di Direktorat Jenderal (Ditjen) PAUDNI, Jakarta. Dalam ajang yang baru pertama kali digelar itu, BPPAUDNI Surabaya berhasil meraih juara pertama pada cabang bulutangkis, manajemen kearsipan, serta juara tiga pada pengelolaan website, senam poco-poco dan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ)
Khusus pada cabang bulutangkis, tim BPPAUDNI Surabaya yang beranggotakan Danang Setiyono, Husin Ismail, Nining Ratnaningsih, Reni Martias Pancadewi berhasil menekuk tim Direktorat PAUD di babak final. Untuk tim poco-poco berhasil merebut juara tiga, dipimpin Putut Purnawirawan dengan anggota tim terdiri dari Krisna Kartika, Dahlia Kusumawati, Lufidiani Afifa, Nuriati, Solikhin Hadi, dan Budiono. Sedangkan Mohamad Mat Nawi berhasil meraih juara tiga pada lomba MTQ. Adapun untuk lomba tenis meja, futsal, dan karaoke belum berhasil menembus babak final.
Unjuk kinerja ini diikuti Setditjen PAUDNI, dua PPAUDNI, delapan BPPAUDNI, dan empat direktorat di lingkungan Ditjen PAUDNI. Aneka lomba itu dihelat di tiga tempat terpisah di komplek Kemdikbud, Senayan, Jakarta. Pada perhelatan ini, kontingen PPAUDNI Regional I Semarang, Jawa Tengah berhasil menjadi juara umum dan memboyong piala bergilir Dirjen PAUDNI Prof Lydia Freyani Hawadi Psikolog. Secara bersamaan, turut digelar pula “Pameran Puncak Hari Aksara Internasional (HAI) ke-48” dan “Festival Taman Bacaan Masyarakat” di halaman Kemdikbud.
“Ini merupakan paket three in one ( Puncak HAI, Festival TBM dan unjuk kinerja),” kata Dirjen PAUDNI, Prof.Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, saat menyampaikan sambutan penutupan acara, Jumat (11/10), malam.
Secara sportif, Lydia mengakui kekalahan unit kerja pusat dengan UPT daerah. Namun, bagi dia, yang utama adalah upaya memperat hubungan antara pusat dan UPT di daerah melalui ajang tersebut. Tak sekadar soal kalah-menang. Dalam kesempatan ini, Guru Besar UI itu juga mengusulkan BPPAUDNI Surabaya sebagai tuan rumah untuk ajang serupa di tahun 2014 mendatang. (Liliek)

Tim POR BP-PAUDNI Regional II berpose di lobi Hotel Century, Jakarta.



by : Lilik Rahayu Lestari, S.Pd

PROFIL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUDNI)

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) telah menetapkan kebijakan dan program pembangunan pendidikan anak usia dini, pendidikan nonformal dan informal yang mencakup bidang garapan dan sasaran yang meluas seiring dengan adanya kebijakan penataan organisasi dan tata kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor: No 67 Tahun 2010  tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara . Ditjen PAUDNI menetapkan kebijakan dan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan Masyarakat, Kursus dan Pelatihan, Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUDNI, serta program Pengkajian, Pengembangan dan Pengendalian Mutu Pendidikan serta program Dukungan Manajemen dan Pelaksana Teknis lainnya.
Kebijakan dan program Ditjen PAUDNI Tahun 2011 ini diarahkan untuk memenuhi tuntutan peningkatan kualitas layanan dengan tetap berupaya terus mendorong ketersediaan dan akses layanan  pendidikan yang semakin luas. Dalam melaksanakan tugasnya, Ditjen PAUDNI menyelenggarakan fungsi:
1.      Meningkatkan  ketersediaan dan keterjangkauan layanan PAUD yang memenuhi standar pelayananminimal PAUD dan mendorong peningkatan mutu layanan secara simultan, holistik-integratif dan berkelanjutan, dalam rangka mewujudkan anak yang cerdas, kreatif, sehat, ceria, berakhlak mulia sesuai dengan karakteristik, pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga memiliki kesiapan fisik serta mental untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
2.      Meningkatkan ketersediaan  dan keterjangkauan layanan pendidikan keaksaraan usia 15 tahun ke atasyang berbasis pemberdayaan, berkesetaraan gender dan relevan dengan kebutuhan individu dan masyarakat dalam kerangka Literacy Initiative For Empowerment /LIFE.
3.      Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan layanan pendidikan kecakapan hidup, kursus dan pelatihan, dan pendidikan kewirausahaan yang bermutu dan berdaya saing serta relevan dengan kebutuhan pemberdayaan masyarakat, dunia usaha dan dunia industri,  khususnya bagi penduduk putus sekolah dalam dan antar jenjang, sehingga dapat bekerja dan/atau berusaha secara produktif, mandiri, dan profesional.
4.      Meningkatkan ketersediaan, mutu serta profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan PAUDNI melalui peningkatan kualifikasi, kompetensi serta pemberian penghargaan dan perlindungan  yang bermutu, merata, berkelanjutan, dan berkedilan.
5.      Mengembangkan layanan pembelajaran untuk menumbuhkan minat dan budaya baca masyarakat melalui penyediaan dan peningkatan layanan Taman Bacaan Masyarakat, penyediaan bahan-bahan bacaan yang berguna untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan produktifitas baik untuk aksarawan baru maupun untuk masyarakat umum lainnya.
6.      Mengembangkan pendidikan pemberdayaan perempuan, lanjut usia, dan pengarustumaan gender, untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan, meningkatkan partisipasi perempuan dalam seluruh sektor pembangunan, dan menghapuskan diskriminasi serta kekerasan terhadap perempuan, mendukung upaya pencegahan tindak pidana perdagangan orang (trafficking), serta pendidikan keorangtuaan.
7.      Meningkatkan pelayanan pendidikan kepramukaan dalam rangka membangun karakter bangsa melalui pembinaan gugus depan, peningkatan mutu pembina dan pelatih pramuka serta jambore pramuka.
8.      Meningkatkan mutu pelayanan program PAUDNI melalui pengembangan model dan program percontohan  yang dilakukan oleh UPT Pusat dan Daerah.
9.      Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan dan kepastian layanan program PAUDNI melalui penyelenggaraan program PAUDNI oleh satuan kerja perangkat daerah Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan lembaga PAUDNI yang dikelola oleh masyarakat.
10.  Meningkatkan kapasitas kelembagaan PAUDNI, baik di tingkat pusat maupun daerah melalui perbaikan sistem manajemen informasi, peningkatan sarana dan prasarana yang memadai, agar lembaga PAUDNI mampu memberikan pelayanan prima bagi semua warga dan terjamin kepastian dan keberlangsungannya.